Singal’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Archive for November 2018

Semua lewat dengan cepat

leave a comment »

Lebih sepuluh tahun lalu, Jumat sore ketika itu, seperti sore ini 23 Nopember 2018, deringan telpon ptt di ruang kerjaku. Maklum, sudah terbiasa kami pulang sore, maka panggilan telpon itu normal saja.

Kantor kami disuatu tempat adalah pusat pengendalian listrik Jawa Bali. Hmmm…kebiasaan pulang sore itu berlangsung terus meski saya tidak terlibat langsung lagi di ruang pengendalian. Sudah 24 tahun lebih waktuku berada di sini.. Sebelumnya saya bekerja di kantor penelitian tenaga listrik selama 8 tahun di bilangan Duren tiga.

“Bang, besok ikut lagi fit and proper test, ini kata Dirut”, suara ibu Deputy Direktur Talenta di telepon itu. Mungkin karena saya lebih tua maka dia panggil abang. “Loe jangan becanda bu, mereka mau mempermainkan saya lagi” sahutku. “Pokoknya datang saja besok pagi bang, lebih pagi lebih baik, first in first out” katanya. Sial benar, besok kan hari sabtu, pikirku.

Saya urutan ketiga sesuai daftar absen yang kuisi. Busyeet menit demi menit makin banyak teman yang datang, mereka ikut dan beberapa dari mereka bertanya kepada saya “ngapain loe datang” sambil bercanda, saya hanya tertawa “supaya kalian terpilih” candaku balik, lagi pula saya tidak ada persiapan apapun.

Disini saya baru tau bahwa hari ini adalah penentuan penempatan orang untuk melaksanakan proyek proyek program pemerintah. Teman teman itu kompeten dalam bidang pembangunan, saya kompeten dalam bidang pengusahaan pengendalian sistem listrik.

Lama juga menunggu teman urutan pertama dan kedua itu, lebih dari satu jam, “seru juga” dalam hatiku. Tiba giliranku, begitu saya masuk para direktur itu bilang “eeeh Pak Singal, gimana sistem?”, tegur sapa selalu begiitu kalau bertemu, kusalam mereka. 
“Siapkan?!” kata salah seorang dari mereka, 
“sesuai perintah Pak” sahutku singkat Lalu saya duduk dikursi yang disiapkan. 
“Kita mulai ya” kata Direktur SDM, “baik Pak” jawabku.
“Siapa yang bertanya dari kita” kata Direktur SDM lagi kepada direktur lainnya.
“Saya saja” kata direktur satunya.
Beliau tidak bertanya hanya ngomong “Saya sudah tanya tadi” katanya. Lalu saya dipersilahkan keluar.
“Cepat banget” kata teman teman, saya tersenyum saja.
Ternyata saya ditunjuk mengerjakan Transmissi Tegangan Tinggi arus searah Sumatera Jawa. Sayang dalam perjalanannya, proyek dibekukan buat sementara.

Written by Singal

November 24, 2018 at 9:01 am

Posted in Kehidupan Nyata

Bagian dari hidup, tidak lulus

leave a comment »

Kubuka buku catatanku, buku catatan lama karena ingin mencari sesuatu yang hilang dari ingatanku. Halaman demi halaman, bah…malah ini yang kutemui yang juga telah lama kulupakan, setidaktidaknya ia tidak menggangu pekerjaanku.

“Besok fit and proper test”, hmmm..kuingat…fit and proper test yang kedua kalinya, “hmmm..pasti tidak lulus lagi” pikirku ketika itu, dan kenyataannya benar tidak lulus. Hahaha…bagian dari hidup.

Teringat panggilan untuk fit and proper test yang pertama. Ketika itu, saya sedang menyelesaikan pekerjaan dinas di sebuah kantor di Paris, Perancis bersama seorang teman untuk jangka waktu sebulan.

Hpku, kuno, tidak secanggih sekarang berdering, kulihat muncul nama bos, hehehe… kubiarkan sampai habis deringannya, lalu panggilan beberapa kali lagi tetap kubiarkan. Tiba tiba resepsionist kantor datang “ada telepon untukmu” katanya. Kuangkat telepon “segera pulang” kata bos ku memaksa meski kujelaskan masih tiga minggu lagi.

Saya pulang dengan temanku itu, karena dia ternyata dipanggil juga. Hasilnya?, saya tidak lulus..hahaha…bagian dari hidup, dan itu untuk mengganti jabatan temanku itu..hmmm dia mengundurkan diri. Kami bersalaman sambil tertawa tawa, pulang ke Paris? tentu tidak, istirhat dulu.

Written by Singal

November 24, 2018 at 8:59 am

Posted in Kehidupan Nyata

Sekolah sampai tua

leave a comment »

Ibu gemuk seperti Gajah Mada itu, menjual kopi, teh, rokok dan air mineral di terminal Damri Lebakbulus, melemparkan senyum kepada pembeli yang mampir sebentar atau duduk di kursi panjang terbuat dari papan di depan jualannya, menikmati kopi atau teh yang baru dibeli. Warna kulit hitam wajahnya terlihat bahagia dilukis senyumnya setiap kali pembeli datang.

Melihat raut wajahnya, pasti ibu ini dari kampungku, dari sukuku. Lalu kubayangkan anaknya lagi duduk di sekolah tinggi atau di universitas. Yes, the real competition of Bataknese people, sekolah….sekolah dan sekolah setinggi tingginya. “Walau. aku tak punya sedan atau emas dan berlian, kalian anakku kekayaanku…” Sekolaaah, kalau perlu dicubit.

Saya ikut duduk di kursi panjang itu, minum air mineral sambil merokok, menunggu bus berangkat ke bandara, masih ada waktu 25 menit lagi.

Kuperhatikan orang orang yang minum kopi dan teh, pengemis, tukang ngamen, gojek, taksi pedagang makanan dorong, Jakarta..selalu. bergerak, mereka menggerakkan geliat Jakarta dari sini, gue ikut hahaha.

Saya menerawang seolah peramal, “senang juga ketika semua telah berlalu” busyeet tiba tiba kalimat ini muncul dibenakku, “pengalaman berharga….., menyongsong hari esok, lalu esok lalu esok tidak putus putus”, hehehe.., seolah gue akan hidup terus and yes, no doubt, I believe it, I believe in Him.

Surabaya, sudah dua kali kukunjungi dalam semester ini, semoga pekerjaan ini selesai dengan baik…gue kerja keras untuk itu, meski tidak sekeras batu…cuma sekeras pisang barangan Medan. Gue datang nih,, memberi kualitas sesuai dengan kriteria desain lingkungan lokasi.

Kacau deh, ketika si penerawang peramal memasuki pikiran ini, tiba tiba saja muncul politikus korup…politikus gila kekuasaan termasuk yang sok pintar tetapi tidak ngerti apaapa, menurutku… gilee…wajah mereka jelek, apalagi dibandingkan dengan ibu gemuk ini, jauuuh..jauh banget.

Untung bus sudah mau berangkat membuyarkan si penerawang. Kulangkahkan kakiku naik ke bus lalu duduk dekat jendela. Kunikmati Jakarta, entah apa yang nikmat, gue ga tau.

Boarding, naik bus lagi, karena pesawat parkirnya jauh. Saya duduk di belakang, tempat ini biasanya dihindari orang, mungkin mereka tidak mau repot, jadi lebih suka bergerombol berdiri dekat pintu, semoga tidak ada tukang copet.

“Ibu duduk di sini” kataku sambil berdiri. “Oh..no..no.. thank you” jawab ibu itu tersenyum, dia orang bule. Kutawarkan sekali lagi, ketika makin padat, tetap saja senyum “no…thank you”. “Where do you come from” tanyaku, dia melihat kepada seorang temannya “Italy..Italy” jawabnya, “enjoy Indonesia” kataku, dengan bahasa inggris Batak lalu kami tertawa. 
Hmmm…sekolah sampai tua..

*Imajo ate, lam maol suraton*

Written by Singal

November 20, 2018 at 1:05 pm

Pontianak lagi

leave a comment »

“Selamat pagi Pak, saya sudah di depan rumah” suara supir taksi di hp ku. “Baik Pak tunggu sebentar” sahutku. Saya menghabiskan sarapanku yang disiapkan polisi toba istri tercinta, roti, telor mata sapi dan kopi kental pahit panas, kulihat jam pukul 2.15. “bawa kunci, kan?, saya tidur agak pusing” katanya.

Warna merah lampu belakang kendaraan berbaris baris di depan, hmmm….udara subuh terasa menyegarkan tubuhku, kulihat kiri kanan menjelang stasiun bus, gedung Point Square dan jalan layang MRT berdiri megah, bagus diterpa cahaya lampu warna warni, lalu saya sudah duduk di bus. 15 menit lagi berangkat saya mulai menulis ini.

Stasiun DAMRI Lebakbulus, Senin 20 Agustus 2018, pkl 3.15 pagi buta begini, kurasakan lebih hidup dibandingkan Blok M Kebayoran. Dua kali hari Senin terakhir saya berangkat dari sini dan hari ini adalah yang ketiga kali berturut turut, ceritanya mau ke Pontianak kota khatulistiwa.

Kewajiban kantor di mana saya bekerja kepada client makin bertumpuk, sebagian beban itu tertimpa ke tim kami.. hehehe tidak apa apa, meski letih dan capek, itu menandakan kesehatan tubuh dan pikiran..semogaaa. Terimakasih Tuhan karrena saya masih bisa capek, biarlah menjadi berkat, Amen.

“Ini benar Boghding ghoom ke Pointianak?!” tanyaku ke petugas dengan menggunakan logat kampungku, huruf “r” ditekan ditenggorokan seperti harimau menunggu mangsanya, ngomong ngomong loe sudah pernah melihat mulut harimau bilang “r?”. “Benar” jawabnya. “Kighghi, kanan, sama” lanjutku bertanya, dia mengangguk. Boarding room yang sangat padat, tempat duduk penuh dan hampir semua orang sibuk dengan geijet atau hp nya.

Negeriku makin maju pikirku sambil mencari tempat duduk yang kosong. Duduk pikiran melayang, ya..ehemm..meski demikian saat ini sangat banyak orang tukang nyinyir kurang kerjaan, mungkin wajah mereka itu tampan atau cantik, pasti menjadi jelek karena cahaya wajah mereka redup nyinyir. Makenye, loe itu lebih baik cari kerjaan lain dari pada nyinyir melulu. Tetapi suka suka kau lah.

Boarding room yang padat, orang dengan berbagai busana suka suka, t-shirt, sepatu dan sandal hmmm, kuingat tahun 70an, orang naik pesawat banyakan berpakaian lebih rapi, sekarang “pokoknya merdeka” terjemahkan sendiri, bagian perjalanan peradaban.

Pesawat ke Pontianak, Batik Air jenis Airbus A320, pesawat besar, mesin jet, starter jreng hidup dan terbang seperti burung elang. Kuingat tahun 1970 naik pesawat Dakota. Suatu saat di Ruteng pulau Flores, baling baling nya diikat dengan tambang besar lalu ditarik 20 orang untuk menghidupkannya, seperti kenek mengengkol mesin truk tua, lalu ketika take off kita ikut ngedan supaya naik, soalnya di ujung landasan terbentang jurang.

Pengumuman pilot pesawat terdengar “kita sudah berada diatas Pontianak, tetapi karena bandara ditutupi asap, maka kita menunggu sampai jarak pandang memenuhi” maka film kungfu Ip Man yang kupilih selama penerbangan, kutonton sampai tamat. Banyak pelajaran dari film ini. Ip Man adalah grand master jurus Wing Chun, tidak mau bekerja sama dengan penjajah Jepang, masa itu. Jadi agak melenceng sedikit, tidak apa apa kan?!

Akhirnya mendarat, kupostingkan ini dari terminal bandara, bau asap itu tercium juga di dalam pesawat.

*Cukuplah dulu, soalnya panjang banget, ga cukup waktu menulis, lebih cepat waktu mengangkat batu* Batu kecil tapi.

Written by Singal

November 20, 2018 at 12:57 pm

Ditebang supaya subur

leave a comment »

Kulihat pohon pohon ini ketika sedang duduk di joglo kecil belakang rumah tempatku berangan angan. Sudah berkali kali kutebang lalu tumbuh makin lebat. Hmmm..”kita berangkat pkl 9.00, mau ke salon dulu, lalu menjemput Namboru” kata polisi toba istri tercinta. Sebutan Namboru menyatakan saudara perempuan ayahnya. Kami mau ke pesta adat.

Kuhitung hitung hari hariku, berkali kali saya ditebang Tuhanku, ohh..terpujilah namaMu, saya bersiap siap, hehehe…pastilah gue selalu siap duluan, lalu kupilih bajuku yang terbaik, biarlah yang punya pesta senang. Loe jangan kira baju terbaikku pasti sederhana dan bersih, ia makin baik karena kuhiasi dengan wajahku yang tersenyum memancarkan hormat kepada semua yang kutemui.

Semoga bisa kupertahankan, lalu kuingin menghadap Tuhanku, tiap detik, tiap jam tiap hari, tebang saya Tuhan. Gue banyak banget dosa, ya sampai berlumuran, gile bener hidup ini.

“ayo bersiap Pak, tinggal 20 menit lagi” istri tercinta setengah berteriak, memang tempat saya berangan angan joglo kecil agak jauh dari rumah. Buru buru saya bersalin, 20 menit itu jarak dari rumah ke salon.

Dia mengingatkan saya lagi, “nanti jemput ibu anu dulu, lalu Namboru”, tandanya ada tambahan teman ke pesta, mmm bersiap selalu. Benar! itu terbaik.

Terbaik, integritas….dalam hatiku. Memberikan yang terbaik dengan penuh tanggung jawab. Kuingin itu dan suka, meski capek. Berbahagialah kita capek, kadang kukatakan itu kepada teman di kantor, lalu kupandang wajah mereka satu satu, ada yang senang, ada yang cemberut ada juga dengan rasa benci. Hehehe gue mana peduli atas respon itu. “kita harus memberi yang terbaik”

Lalu sudahkah yang terbaik kulakukan? Ooo Tuhanku..beluuum..ampuni saya yang penuh keinginan dan lumuran dosa ini. Amen

*Imajo sebentar lagi, polisi toba keluar dari salon.. hehehe tentu cantik, biar yang punya pesta senang*

Comments

Write a comment…

Write a comment…See More 2018 Stories

Written by Singal

November 20, 2018 at 9:43 am

Posted in Kemanusiaan

Kromosom

leave a comment »

“Tigooor” teriakku kencang, kudengar suara cucuku di dalam rumah, dia datang bersama orangtuanya. Otomatis kami menghentikan kegiatan rutin, saya sedang dibelakang membereskan cucian, istri tercinta polisi toba membenahi pakaian di kamar sterikaan.

Tigor telah berumur satu setengah tahun, setiap kali dia datang selalu menambah semangat, kesehatan dan hati yang penuh dengan kesukaan. Lalu ditengah kesukaan dan kegembiraan selalu kuingat ibuku, tentu ayahku juga..hmmm terima kasih Tuhan.

Hujan lebat, membuat pandangan samar samar, di atas bukit itu kami berhenti sebentar, kulihat ibuku yang kurus, kayu untuk pagar yang kami ambil dari hutan masih di atas kepalanya seolah pakai perekat, bertolak pinggang melihat saya berdiri memegang kayu yang kuberdirikan dari pundakku. “Ayo cepat” katanya. tarikan napasnya kedengaran ditengah guyuran hujan, sorot mata yang lembut memberi semangat. Kulihat ke lembah…hmm masih satu bukit dan lembah, lalu menyeberang sungai yang besar.

Kuangkat kayu itu, kuletakkan dipundalku, menuruni jalan setapak berbatu batu, licin dan basah. Air yang mengalir karena derasnya hujan dan batu itu membantu langkah kaki mmenuruninya dengan hati hati. Ibu mengikutiku dari belakang, hmmm..selalu begitu.

Saya diberangkatkan ke Jakarta, “kamu harus jadi contoh, adikmu sepuluh” kata ibu bapak, “baik baiklah di sana” lanjut mereka. Hehehe…lalu gue jadi lebih suka mengalah dalam pergaulan karir maupun sosial, dan saya suka, meski gue keras banget menolak teman untuk hal tertentu.

Kugendong cucuku, wah..luar biasa, kudekap mengalirkan semua yang baik, mengalirkan kasih sayang, seperti sorot mata ayah ibu mengalirkan itu, melihat saya makin jauh dengan kapal kecil dari Belawan menuju Jakarta.

“Kamu harus kuat, dan baik hati” bisikku. Hehehe..mmmm “kamu harus jadi contoh”. Busyet sama deh, padahal dia adalah generasi keempat dari ayah ibu, berarti generasi kelima dari kakek nenekku.

Hebat, kromosom apa gerangan yang dimiliki cucuku ini, nenekku marga Panggabean, Ibuku Rajagukguk, istriku Simbolon, ibu cucuku Manado dilahirkan ibu dari Gorontalo, besanku. Apapun itu, Tuhan selalu mengiring dan menyertaimu. Oh Tuhan kuserahkan dia kepadaMu sebagaiamana kami menyerahkan diri kepadaMu.

Kami lanjutkan, kegiatan rutin, Tigor sudah tidur.

#imajo..dang adong tingki manurat#

Written by Singal

November 20, 2018 at 9:11 am

Salam Hormat Sio Hong Wai

leave a comment »

Sudah lama tidak jumpa, namanya Sio Hong Wai, orang asli Tarutung, Rura Silindung Tapanuli Utara, ayahnya pengrajin mas kata orang tukang mas, dia melanjutkan usaha orangtuanya sebagai pengrajin atau seniman.

Emas saya tulis mas, sebagai mana orang batak sukuku menyebutnya.

Dia juga aktif menjalankan tugasnya sebagai salah seorang sintua atau penetua di gereja HKBP Tarutung kota, disamping sebagai seniman mas itu, menulis setelah menelusuri berbagai referensi dan wawancara, senang membaca tulisannya, menambah pengetahuan dan wawasan.

Karakternya menyatu dengan perbuatan, suka berbagi. Kuingat dulu ketika SMA kami lima orang satu group belajar, dia ini motor dalam group, pemuncak di kelas. Kami banyak tertolong terutama pelajaran menyangkut matematika. Tetapi dia lebih memilih jadi seniman mas dan membantu orangtua. Dia ini, temanku sungguh berhati mas dan mulia.

Dia masih di Tarutung, mengabdi di kampung halaman, tetap bahagia meski anak dan cucunya tinggal diperantauan dan di negeri orang. Dia lebih batak dariku.

Salam hormat lae Wai, benar ciptaan Tuhan, semua orang berbeda talenta agar menyatu dengan Indah dalam damai.

# imajo, kutulis di lobby hotel menunggu on line car, mau berangkat ke bandara Gorontalo, hmmm….isteri tercinta polisi toba, ini suamimu pulang dari tugas jauh#

Written by Singal

November 20, 2018 at 9:06 am

Posted in Uncategorized

Membolak balik halaman buku.

leave a comment »

Kuperhatikan rak bukuku, kugoreskan jarjariku seperti main piano, dari rak pertama sampai rak yang bisa kuraih, lalu mataku yang mengalir karena jariku tak sampai. Hmmm….sejak pindah ke rumah ini sepuluh tahun lalu, susunan buku buku ini tidak teratur, lagi pula jarang kusentuh, saya terfokus pada pekerjaanku, pekerjaan masa pensiun, tenggelam kesibukan deh pokoknya.

Hari ini Sabtu, 17 Nopember 2018, saya memutuskan tidak pergi ke pesta adat, khawatir seperti seminggu yang lalu. 
Ketika itu, di Jagorawi saya menyetir dengan kecepatan sedang 60 sd 70 km, tiba tiba penglihatanku buram, puyeng agak bergoyang, kupertahankan kesadaran kuputar lidahku 360 derajat berulang ulang, mengucap doa sambil menepi ke jalur kiri dari jalur tengah.

Kuteruskan perjalanan sampai ke alamat pesta di sebuah desa daerah Cimanggis. Pulangnya saya minta salah seorang keluarga menemani saya ke Cinere padahal rumahnya di Bekasi. Hehehe bela diri nih ye, kage ade yang nanya.

Eeh, tampaknya gue sehat sehat saja kok, buktinya hari Selasa dan Rabu yang lalu, gue naik turun gunung penuh semak belukar di Gorontalo. Maka terbukti gue males hari ini.

Mataku terhenti disalah satu buku, novel sastra pemenang hadiah nobel dari Cina. Dulu sudah kulahap, kuambil kursi untuk tumpuan kakiku, kuambil bukunya, eeeh malah terlihat buku sejarah peradaban. Maka kerjaku hari ini, membolak baliknya.

Written by Singal

November 20, 2018 at 9:02 am

Enak.

leave a comment »

“Makan bu!” kataku kearah dua orang gadis penjaga Warteg dekat kantorku, eeeh mereka tertawa saling tunjuk “ibuuu!” senda gurau mereka saling tunjuk. “Makan apa pak” kata salah seorang dari mereka. “Nasi sedikit saja mbak” kataku, dia tertawa lagi menunjuk temannya “ini ibu, saya mbak” katanya. Lalu kulihat etalase makanan, hmmm banyak macam, “tempe orek, pete sambal, bandeng goreng tengahnya, labu siam lalu kuah opor ayam” kataku sambil menunjuk satu satu. “Teh tawar panas, mbak” lanjutku.

Biasanya, saya makan buah saja untuk siang, namun Indo Maret dekat kantor itu tidak menjual bijian hari ini, “habis Pak” katanya, lalu saya ke Warteg itu, dua toko di samping. Hmmm…Warteg ini sebagai cadangan tempat makan. Segar, enak cocok dengan lidahku, maka selalu ke sini, kalau buah kesukaanku tidak ada. Memang dasar kantong gue pas untuk itu. Hahaha.

#imajo…enak, kubayangkan temanku mencium napasku bau pete, biasanya bau kopi dan rokok #

Written by Singal

November 17, 2018 at 1:35 pm

Catatan, kutulis supaya tertulis

leave a comment »

Lebih dari sepuluh tahun sudah sangat lama berlalu, “ro jo ho tu Bekasi, kau ke sini dulu, ke Bekasi” kata ayah melalui telepon. Ayah sudah lama sakit, “makan kesukaanmu, tidak ada pantangan” itu kata dokter ahli di RSCM, rujukan sejawatnya dari Medan, “tidak usah makan obat” lanjutnya, tanda pengobatan lanjutan adalah sia sia. Maka kami selalu mengantarnya kepada seorang Sin She di bilangan Pasar Baru “lebih nyaman” kata ayah, meski kami tahu, dia menyenangkan hati kami.

Hari ini, 11 Nopember 2018, kumpulan marga saya Sihombing, pesta lima tahunan, sekaligus pelantikan pengurus baru. Saya sungguh bersyukur, berakhir juga masa tugas, apalagi satu tahun terakhir ini saya kurang aktif, karena kegiatan yang padat ditempat lain. Hmmm..bagian dinamika hidup.

Di tengah pesta ini kuingat itu semua, “tadi Bupati datang, mau membeli tanah” kata ayahku, sambil kupegang tangannya. Saya duduk di samping tempat tidurnya, di rumah adik perempuanku, janda yang tegar itu. Wajahnya tetap berseri, tetap kemerah merahan seolah tidak sakit.

“Kita tidak pernah, dan tidak boleh menjual tanah, kalian ingat itu” katanya menatap saya dengan penuh ketegasan. “Kita berkan saja kepada mereka, biar kampung kita itu maju” lanjutnya. “Baik Pak” jawabku. Sepeninggal ibu saya, ayahku ini cepat merosot kesehatannya, tetapi pikirannya sangat sehat, mereka sama persis, hmmm. Dua minggu kemudian, beliau menghadap Tuhan di Surga.

Acara pemakaman di kampung kelahirannya, kampung kami, surat penyerahan tanah untuk Kantor PolRes kabupaten Humbahas, kami tanda tangani duabelas kakak beradik diatas peti jenajahnya, disaksikan Bupati dan tua tua marga kampung kami.

Majulah kabupaten Humbahas, majulah tapanuli, majulah negeriku Indonesia.

“Kita cepat pulang” kataku kepada istri tercinta polisi toba, “saya kan mau ke Gorontalo” lanjutku, ditengah serunya lagu, musik dan tortor.

#itulah dulu, acara pelantikan pengurus baru sudah dimulai. Semangat pengurus baru, majulah kalian#

Written by Singal

November 17, 2018 at 1:29 pm