Archive for the ‘Uncategorized’ Category
Paket
Paket
“ting..ting..ting” bunyi nyaring lonceng kecil yang terpasang di gerbang memaksa saya berdiri dari kursiku, meninggalkan pekerjaan yang dari tadi saya sedang tenggelam menyelesaikannya. “ada apa Pak” tanyaku sambil melangkah kearah gerbang. “Paket, dari Bandung” sahutnya.
“alamatnya? apa pak” lanjutku. Lalu bapak itu membaca alamat dan nama istri tercinta sang polisi Toba.
“Tunggu sebentar, saya panggil ibu”
“Baik pak”
Sambil melangkah balik untuk memanggil polisi Toba, dalam pikiranku semoga paket itu alamatnya benar ke sini, juga pengirimnya dikenal.
“Ada paket dari Bandung, coba lihat dulu” kataku ke polisi Toba. “Hati hati siapa tau salah” lanjutku.
Syukurlah, ternyata paket itu benar dari temannya, isinya tumbuhan bunga angrek.konon temannya penyuka dan penanam angrek.
Itulah dulu, saya selalu curiga karena pernah sekali duakali paket salah kirim, Dan kita tidak mau menerimanya.
______________________________
Bisik-bisik: semoga tumbuh dengan baik.
Menyongsong matahari terbenam
Menyongsong matahari terbenam
“Sudah pukul sebelas oppu Tigor!” kata polisi toba istri tercinta, setengah berteriak. Rasanya setiap sepuluh menit, dia selalu mengingatkan saya yang tenggelam dalam pekerjaanku di loteng menggunakan desktop computer. “Sebentar lagi” sahutku, kumatikan komputer, kucabut semua kabelnya dari stop kontak, setelah pekerjaanku kukirim melalui email kepada project team leader Dina Pangaribuan. Kami ke Manado siang ini.
“Saya naik gojek saja ke terminal damri lebak bulus” kataku sambil melahap makan siang yang disiapkan oppu Tigor boru, istri tercinta sang polisi toba.
Hmmm…nama panggilan kami telah berubah dari ama dan nai Rumiris sebelumnya, menjadi oppu Tigor setelah cucu kami itu lahir, itu berdasarkan adat kami suku Batak.
Gue sudah tiba nih di terminal lebak bulus, biasa…jaman ini, gue foto dulu sebelum naik bus Damri ini.
#itulah dulu, gue menyongsong matahari terbenam ke arah Timur#
Salam Hormat Sio Hong Wai
Sudah lama tidak jumpa, namanya Sio Hong Wai, orang asli Tarutung, Rura Silindung Tapanuli Utara, ayahnya pengrajin mas kata orang tukang mas, dia melanjutkan usaha orangtuanya sebagai pengrajin atau seniman.
Emas saya tulis mas, sebagai mana orang batak sukuku menyebutnya.
Dia juga aktif menjalankan tugasnya sebagai salah seorang sintua atau penetua di gereja HKBP Tarutung kota, disamping sebagai seniman mas itu, menulis setelah menelusuri berbagai referensi dan wawancara, senang membaca tulisannya, menambah pengetahuan dan wawasan.
Karakternya menyatu dengan perbuatan, suka berbagi. Kuingat dulu ketika SMA kami lima orang satu group belajar, dia ini motor dalam group, pemuncak di kelas. Kami banyak tertolong terutama pelajaran menyangkut matematika. Tetapi dia lebih memilih jadi seniman mas dan membantu orangtua. Dia ini, temanku sungguh berhati mas dan mulia.
Dia masih di Tarutung, mengabdi di kampung halaman, tetap bahagia meski anak dan cucunya tinggal diperantauan dan di negeri orang. Dia lebih batak dariku.
Salam hormat lae Wai, benar ciptaan Tuhan, semua orang berbeda talenta agar menyatu dengan Indah dalam damai.
# imajo, kutulis di lobby hotel menunggu on line car, mau berangkat ke bandara Gorontalo, hmmm….isteri tercinta polisi toba, ini suamimu pulang dari tugas jauh#
Ternyata mereka bisa dan hebat
Selasa pagi, 13 November 2018. Penuh juga satu piring, saya mengambil semua makanan yang disediakan, masing masing sesendok makan, untuk sarapan pagiku, sudah menjadi kebiasaanku setiap kali menginap di Hotel, lalu kopi dan telur mata sapi setengah matang yang dibuat kalau kita pesan.
“Sudah berkeluarga pak?” tanyaku kepada pak supir yang menemani kami selama di Gorontalo ini, mobilnya kami sewa termasuk menginap. Hmmm..pertanyaan yang aneh dan tidak sopan kalau di negeri Barat.
“Satu putra sudah semester empat, satu putri masih SMA” jawabnya, kami menghabiskan makanan masing masing lalu keluar dari ruang makan mencari udara segar. “Hidup kita untuk mereka Pak, beri mereka dukungan dan semangat” kataku. Dia mengangguk sambil menghembuskan asap rokok dari hidungnya, hehehe…gue juge.
Dia tinggal bersama keluarga di daerah perbatasan propinsi Gorontalo dengan propinsi Sulawesi Utara, punya usaha sewa mobil dan punya kebun cengkeh juga, anaknya indekost di Gorontalo. Dalam perjalanan survey yang kami lakukan ke arah Molotabu sampai ke Molibagu dia sempatkan mampir di rumahnya di tepi jalan raya. Daerah yang kaya, sepanjang perjalanan, indah menyenangkan, sebelah selatan laut jernih, sebelah utara bukit terjal yang subur, pohon kelapa cengkeh dan beragam pohon lainnya.
“Belajar adalah kesenangan, tinggal kelaspun tidak apapa asal sudah belajar” kataku kepada anak anakku, dalam hati mana mungkin tinggal kelas kalau sudah belajar, lalu mereka melakukannya, kini mereka tinggal di rumah masing masing, meninggalkan saya dengan istri tercinta polisi toba. Hahaha sekali sekali datang juga kok ke rumah, bersenda gurau dengan kami.
Kuingat ketika saya duduk di atas meja mahasiswaku kutepuk pundaknya “kamu perantau ya, tanggal berapa habis kiriman” kataku, “bapak ini” katanya sambil tersenyum, “kirim berita baik ke kampung, ayah ibumu dan kepada semua saudaramu, belajar dengan baik” lanjutku, “dan berita baik itu bukan dari suratmu, tetapi dari teman temanmu ini”. Tentu kalau ke mahasiswi saya berdiri dihadapannya memberi semangat. Hmmm..saya dekat dengan mahasiswa.
Lalu bell, tanda jam pelajaran selesai, “buat tugas, bawa minggu depan” kutulis nomor soal dari text book buku pegangan yang telah ditentukan, lalu terdengar protes “bapak belum mengajarkannya” seru mereka. “Mahasiswa harus mampu belajar sendiri, lalu bersosialisasi dalam group”, gaya mengajar saya begitu, lalu minggu depannya kita bahas dan bicarakan kekurangan kalau ada, ternyata mereka bisa dan hebat.
“Sudah tiba Pak” kata temanku membuyarkan lamunanku.
Nyanyian Danau Toba
Nyanyianmu Danau Toba, beribu buku, beribu halaman, kau diceritakan Kusuka datang mengunjungimu, kusuka mengingatmu, kusuka mengelilingimu Dalam perjalananku, kudengar nyanyianmu, kadang sedih kada…
Sumber: Nyanyian Danau Toba
Nyanyian Danau Toba
Nyanyianmu
Danau Toba, beribu buku, beribu halaman, kau diceritakan
Kusuka datang mengunjungimu, kusuka mengingatmu, kusuka mengelilingimu
Dalam perjalananku, kudengar nyanyianmu, kadang sedih kadang senang
Kurasakan dan kudengar semua nyanyianmu, tandanya aku sadar dan sehat
melodi dan simfoni kadang senang, kadang sedih, sambil melihat sekelilingmu
Nenek moyangku menyebar dari salah satu bukit yang kau sebut dalam nyanyianmu.
Ibuku juga lahir dan besar di salah sati tepi pantaimu, maka pamanku dan turunannya masih di sini.
Ini fotomu dalri makam nenek moyangku, kau memberi hidup mereka
dan ini juga dalam perjalanan pulang dari makam,
Dan ini
Kau tak pernah berhenti bernyanyi, meski kami sudah banyak yang tuli dan tak peduli
Mungkin kau pikir kami akan bosan juga tuli
Mungkin kau pikir suatu saat kami akan peduli
Paling tidak generasi pengganti kami.
Yang jelas, mungkin kami masih tetap menuruni bukit dari Doloksanggul,
setengah jam kemudian akan tiba di Bakkara,
lalu pasti melewati desa Janji, penyumbang sedikit air permukaanmu,
terjun dari balik bukit, tampak indah, percikannya menyejukkan,
menambah kesehatan karena kita lupa dunia,
lalu setengah jam kemudian tiba ditempat ini lagi, namanya Desa Tipang.
Rura Silindung
Rura Silindung
Rura Silindung, lembah yang sangat subur dialiri dua sungai besar dan beberapa sungai kecil mengalir dari gunung gunung membasahi memberi kesuburan, memberi hidup, memberi kebersihan lembah ini.
Tarutung, ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, terletak dalam lembah yang indah ini. sebagai kota pendidikan, tutut serta memberi sumbangan tenaga terampil yanga berpartisipasi di semua bidang di negeri tercinta Indonesia.
Foto berikut adalah Rura Silindung dilihat dari Hutabarat Aek Rangat persisnya dari Hasak, tepi sunga Situmandi
Cara ke sini, naik mobil ke Aek Rangat dari Tarutung, lalu jalan kaki ke Hasak kira kira lima menit.