Singal’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Archive for March 2008

Mimpi Rel-Ganda Kereta Api di Indonesia.

with 11 comments

Meski hanya angan-angan, saya langsung menyetujui mimpi teman saya, yang berencana membangun  rel-ganda kereta api, dari Sabang sampai ke Merauke. Temanku ini selalu memberi contoh rangkaian kereta di Eropa dan Amerika. Konon, sejak awal mereka membangun rangkaian kereta api, sebagai salah satu prioritas dan telah terbukti!!. Prioritas negeriku, adalah membuat mobil dan “jalan-jalan yang berlubang serta jalan tol yang macet”, sudah terbukti pula!!. Hidup, industriawan mobil!!! Hidup, jasa marga!!!

Sesuai mimpinya, lalu saya bayangkan orang kampungku, dengan mudah membawa hasil buminya. Saya bayangkan orang kampungku, pergi pulang dari satu tempat ke tempat lainnya dapat dalam waktu yang tepat. Dan, di kota, saya bayangkan, semua kegiatan, dapat diatur dengan baik.

Jakarta dengan penduduk lebih dari 12 juta orang. Kemudian, Medan, Bandung, Jogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang juga sudah dijejali penduduk. Kesibukan menjadi jantung kota, menggerakkan orang kesegala penjuru.  Angkuatan kota semrawut, macet dimana-mana. Hasilnya?!, banyak orang lelah, stress, menjadi tidak sabaran, pemarah, egois dan saling serobot. Evolusi peradaban sedang berlangsung!!!. pelan pelan, kembali ke jaman purba dalam bentuk lain.

Dahulu sudah ada kereta api dari Kutaraja (Banda Aceh) ke Medan, sekarang hilang. Di Jakarta rel kereta ke stasiun Tanjung Priok hilang atau tidak berfungsi. Pembangunan mono-rel? jangan tanya!, tiangnya saja yang ada, dan menjadi salah satu penyebab kemacetan. Jakarta Transport dan bus-waynya? aneh! membeli minyaknya saja tidak mampu.

Mudah-mudahan temanku ini, suatu saat menjadi presiden. Semoga pula dia seorang presiden yang kuat dan berwibawa nan bijaksana, sehingga dapat melaksanakan mimpinya, seperti Gorbachev menyatakan Glasnot dan Prestroika.

_____________

dari Bisik-bisik: Negeri ini kan perlu lapangan kerja,…….. iya kan?

Written by Singal

March 20, 2008 at 9:24 am

Banjir Kiriman dari Gunung dan Langit, Jakarta, Jawa dan Luar Jawa

with 11 comments

Kemarin sore pukul 17.30, 12 Maret 2008, perjalanan pulang dari arah Blok M ke Cinere, macet parah luar biasa. Dua jam sebelumnya, Jakarta dapat kiriman dari langit, diguyur hujan deras, kita dengar di radio ElShinta, memang, sebagian besar jalan banjir dan menyebabkan macet di mana-mana.

Jakarta macet?!, sudah biasa. Jakarta banjir?! sudah biasa. Yang luar biasa, adalah kambing hitamnya, “saluran air tersumbat sampah  dan pompa air dibeberapa terowongan tidak berfungsi”. Kita tidak tahu kambing ini sebenarnya tinggal berapa ekor.

Berbarengan dengan itu ada berita, kiriman air dari gunung akan tiba pula, atas jasa sungai Ciliwung dan akan melanda daerah alirannya, jalan umum, rumah, pertokoan atau apapun yang ada didepannya, tanpa peduli dan perasaan, karena ia tidak diberi perasaan, seperti alat kontrol dan sarana yang lain seperti waduk misalnya.

Hal yang sama, bengawan Solo melanda kawasan Bojonegoro, Tuban dan Lamongan di Jawa Timur. Bengawan Madiun melanda Ngawi. Banjir di mana-mana, kabupaten Bandung di Jawa Barat. Daerah Muara Enim dan kota Palembang di Sumatera Selatan. Kalimantan Selatan dan lain-lain.

Masyarakat yang terkena banjir ada yang mengungsi ada yang bertahan. Padi dipanen lebih awal, wabah penyakit mengancam. Jalan-jalan rusak. Sementara DPR sibuk melakukan pemilihan Gubernur Bank Indonesia. Meneg BUMN dan beberapa menteri terkait, sibuk pula mencari orang, yang akan didudukkan mengganti jajaran direktur, yang telah habis masa periodenya. Hujan dan banjir memang, mungkin bukan pekerjaan mereka.

Selalu berulang tiap tahun pada musim dan situasi yang sama, aneh juga keledai, binatang yang tidak mau terperosok dua kali pada tempat yang sama.

Namun, sebaiknya, kita harus melakukan sesuatu secara bersama, agar tidak berulang terus, sehingga berlakulah nasehat orangtua kita yaitu,  “Bersatu kita teguh bercerai kita rubuh” dan “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.

__________

dari Bisik-bisik: Bantuan lagi direncanakan dan disusun daftarnya begitukan, maksudnya!

Written by Singal

March 13, 2008 at 1:16 pm

Gunung, Lembah, Hutan, Sungai dan Danau Cape Deh..(2, habis)

with 3 comments

Usut, tangkap, periksa dan adili para penebang liar dan illegal, menjadi berita rutin di surat surat kabar dan di TV. Kadang menjadi bahan lelucon karena penebangnya lari, hilang entah kemana (contoh: Adelin Lis, penebang hutan Natal, Mandailing, Sumatera Utara). Atau bisa juga, penebangnya dibebaskan karena tidak terbukti bersalah. Sebagai orang awam, kita kadang tidak mengerti, seperti apa proses hukum dan keadilan itu dilakukan. Namun, bagi pencuri ayam, keadilan sangat jelas, tangkap dan masukkan dia ke bui, adili kemudian. Lalu!, di pengadilan, yang bersangkutan dihukum potong masa tahanan, dan bebas langsung.

Bagi gunung, lembah, hutan, sungai dan danau, bukan perkara usut, tangkap lalu hukum seberat-beratnya. Bagi mereka yang perlu adalah, obat agar sehat seperti sediakala. Penyakit mereka sangat parah, sudah gundul penuh kudis lagi. Bila sudah sembuh lalu perlu pencegahan agar penyakitnya tidak berulang.

Sekali lagi!, saatnya, negeri ini sadar, bukan hanya menangkap lalu menghukum penebang pohonnya, bukan pula hanya mengobati penyakit gundul dan kudisnya yang pasti memerlukan waktu yang sangat lama dan biaya sangat mahal.  Tetapi, juga adalah pencegahan terhadap penebangan hutan, dan juga adalah perawatan dan pemeliharaan hutan.

Tentang istilah penebang dan pembalak liar, dengan menggunakan perasaan yang biasa saja, “mana ada pembalak liar atau illegal?!!. Kalau tukang copet, jelas ada di mana mana, terutama di pasar atau angkutan kota”. Hutan??!! mana mungkin dicopet, cape deh..

____________

dari Bisik-bisik: Gaji penjaga hutan dan aparat yang bewajib perlu dinaikkan begitu maksudnya kan?! agar tidak tergiur…!

Written by Singal

March 13, 2008 at 11:25 am

Gunung, Lembah, Hutan, Sungai dan Danau Cape Deh.. (1)

with 3 comments

Ketika saya masih duduk di sekolah dasar (SD), guru memberi tugas menggambar atau melukis, pastilah lebih banyak dari kami para murid, menggambar “Pemandangan”. Yaitu gambar dengan kombinasi gunung, lembah, hutan, sungai, sawah, dan danau, pokoknya salahdua atau salahtiga darinya. Mungkin karena kami orang kampung, sangat dekat dengan lingkungan sedemikian.  Dan, saya selalu bangga sebagai orang kampung.

Mudik tiga tahun terakhir, membuat saya sangat sedih, karena kampungku tidak seperti dulu lagi, yaitu gambaran kampung yang telah terpatri sejak SD itu.

Sungai kecil atau anak sungai yang dahulu mengalir dari bukit-bukit sudah kering, sungai besarpun kelihatan tidak bernafsu mengalir. Dahulu ia sangat energik dan bersemangat, membuat gelombang karena membentur batu-batu yang menantang diam kokoh ditempatnya, mereka bersendagurau.

Dahulu, burung suka hinggap di jalan aspal, juga hinggap berkicau di pohon pinggir jalan, kemudian terbang ketika mobil atau orang lewat, sekarang tidak lagi. Bahkan jalan rusak, bergelombang, kadang seperti kubangan.

Mengapa sungai sungai malas?!, mengapa burung tidak muncul lagi?!, mengapa jalan jalan rusak?!. Ternyata, pohon pohon sudah ditebangi, diangkut entah kemana, menggunakan mobil-truk yang melebihi kekuatan badan jalan, sehingga rusak. Selanjutnya, semua bukit dan gunung menjadi botak alias gundul, tidak dapat lagi menyimpan air, tidak ada lagi tempat sarang burung, tidak ada tempat hinggap sambil berkicau, suara binatang lainpun jarang kedengaran, kemana mereka?!.

Siapa gerangan penebang pohon itu?, apa hak mereka!!, bukankah pemerintah negeri ini menjaganya? bukankah pemerintah negeri ini merawat dan mengembangkannya?. Ternyata, pemerintah negeri ini memberi kuasa untuk menebangnya. Mengapa pemerintahku melakukannya? Mungkin…atau…?! atau…?! cape deh… !

____________

dari Bisik-bisik: Mungkin mereka sudah berusaha tetapi tidak mampu, begitu maksudnya, kali?!

Written by Singal

March 10, 2008 at 11:14 pm