Singal’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Paket

leave a comment »

Paket

“ting..ting..ting” bunyi nyaring lonceng kecil yang terpasang di gerbang memaksa saya berdiri dari kursiku, meninggalkan pekerjaan yang dari tadi saya sedang tenggelam menyelesaikannya. “ada apa Pak” tanyaku sambil melangkah kearah gerbang. “Paket, dari Bandung” sahutnya.
“alamatnya? apa pak” lanjutku. Lalu bapak itu membaca alamat dan nama istri tercinta sang polisi Toba.
“Tunggu sebentar, saya panggil ibu”
“Baik pak”

Sambil melangkah balik untuk memanggil polisi Toba, dalam pikiranku semoga paket itu alamatnya benar ke sini, juga pengirimnya dikenal.

“Ada paket dari Bandung, coba lihat dulu” kataku ke polisi Toba. “Hati hati siapa tau salah” lanjutku.

Syukurlah, ternyata paket itu benar dari temannya, isinya tumbuhan bunga angrek.konon temannya penyuka dan penanam angrek.

Itulah dulu, saya selalu curiga karena pernah sekali duakali paket salah kirim, Dan kita tidak mau menerimanya.

______________________________
Bisik-bisik: semoga tumbuh dengan baik. 

Written by Singal

April 26, 2022 at 11:02 am

Posted in Uncategorized

Tidak Mungkin Lupa

leave a comment »

 

Tidak mungkin saya lupa, maka selalu kusempatkan mampir kalau saya sedang pulang kampung. Tidaklah, tidak akan lupa, di sini, di gereja ini saya bersekolah minggu, di sini di gereja ini bagian dari memori saya diisi dengan budi pekerti, diisi dengan menghormati sesama, diisi dengan menghormati orang tua dan diisi dengan takut akan Tuhan.

Kutulis ini karena melihat foto ini. Saya dengan dua orang adikku laki laki bersama istri bediri di depan gereja ini. Istri kami tidak mengenal gereja ini, karena mereka dari kampung atau kota lain, hmm…mereka mengenal gereja masa kecil mereka. Kami kakak beradik duabelas orang tetapi dalam kesempatan ini cuma kami bertiga, yang datang.



Dulu gereja ini mempunyai dua palas palas yaitu atap runcing gereja, tetapi kini sudah diperbaiki menjadi seperti ini, mungkin yang lama sudah rapuh, kami tidak perlu menanyakan itu, tidak ada perlunya dan tidak ada gunanya, yang jelas kami sempatkan ngobrol dengan pengurus gereja yang kebetulan tempat tinggalnya berada dilokasi gereja ini. HKBP Partali Toruan.


Bisik-bisik:Masa kecilku di sini, ada sekolah SR tidak jauh dari lokasi ini, di situ pula aku sekolah.

Written by Singal

June 5, 2021 at 10:33 am

Posted in Budipekerti, Pendidikan

Kami sempatkan foto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing

leave a comment »

Jumat pagi tgl 22 November 2019

“Papaaa good morning pa, Besok jadinya jam 11.00 yah pa” pesan anak saya si Rumiris di hp saya..
“Ya nak, pukul 12.00 kata mama Nak” kutulis pesan jawaban.
“Oke paa, Sipp, Reservasi atas nama Febriani, yah paa” balasnya.

Febriani adalah juga namanya. Nama lengkapnya Rumiris Mangaranap Febriani. Nama itu menjadi panggilan kami sehari hari dalam masyarakat sukuku, suku Batak Toba. Maka saya dipanggil Ama Rumiris dan polisi toba istri tercinta dipanggil Nai Rumiris, dia disebut siboru panggoaran.

Sabtu pagi tgl 23 November 2019

Kulihat alamat restoran dibilangan Senopati melalui pesan singkat di hp ku.
lalu kubalas “bapa masih menunggu mama, belum pulang dari gereja” jam telah menunjukkan pukul 11.52, hari ini ada acara martumpol, pra-pernikahan atau pengukuhan dan pengumuman rencana nikah dari seorang anak tetangga kami kepada khalayak di gereja HKBP Cinere.
“Waduh, aku udah nyampe, Hahaha hmm…Kok bisa” balasnya, tiba tiba kudengar deruman mesin mobil dan klakson dari depan rumah, saya buru buru keluar kulihat polisi toba sudah nyampe, sambil kutulis pesan “ini baru berangkat”, “Oke Paa” balasnya.

“Sepuluh koor” kata polisi toba sambil makan kue yang dibawanya, saya jalankan mobil menuju toll Antasari,
“Biasa!, HKBP, selalu konser, jangankan pesta pemberkatan, hari minggu biasa pun selalu konser” kataku, maka tidak heran acaranya selalu memakan waktu yang lama lanjutku.

Tiba di restoran, mereka sudah menunggu dengan adiknya putri kami yang melahirkan cucu kami si Kavod, dia bersama suaminya. Lalu kami makan dan bersenda gurau dengan senangnya, apalagi si Kavod lagi lincah-lincahnya, dia lari kesana kemari sungguh senang rasanya. Sayang cucu panggoaran si Tigor dengan orang tuanya berhalangan, soalnya mereka pergi ke rumah Opa danOmanya. Omanya ulang tahun.

#imajo, kami sempatkan foto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing

Written by Singal

November 24, 2019 at 11:54 am

Borhat ma ahu, dungi mulak muse. (Saya pergi untuk pulang)

leave a comment »

Saya senang juga karena siklus keseharian tubuhku tidak terganggu. Pesawat yang membawaku ke Lubuklinggau berangkat pukul 11.00. maka kemarin tidur dan bangun pagi hari ini berlaku seperti biasa, cuma hmmm..perutku agak terganggu, diaree..entah apa penyebabnya.

Besok, presentasi menjelaskan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh calon kontraktor, lalu menunjukkan lokasi ditengah hutan di suatu tempat di Sumatera Selatan, dan menyusurinya lewat jalan besar menuju Bangko Sumatera Barat, kembalinya ke arah timur di suatu tempat dekat kota Jambi. Hmmm..hutan daerah ini tidak asing bagiku.

Tahun 2006-2008 yang lalu, saya dengan dua orang temanku selalu menyusuri hutan hutan ini, banyak dinamika, hutan, lumpur jalan tanah, perkampungan, rumah satu satu, sore, malam gelap, suara binatang, jalan ke kota kecil menginap masih jauh.

Kini saya duduk ditaksi, bertiga tidak kenal satu sama lain, tadi saling menunggu Bus DAMRI yang tak muncul muncul, sepanjang perjalanan saya melihat kesibukan Jakarta dari jendela, gedung motor, mobil, jalan tol, jalan umum pejalan kaki, pedagang pinggir jalan semua tergesagesa.

Tentu, tentu saya diberangkatkan istri tercinta polisi toba. Saya diantar ke stasiun bus. Berdoa, selamat pergi, selamat diperjalanan, selamat pulang. Tuhanku yang mengaturnya, lalu kami serahkan hidup kami sepenuhnya kepadaNya. Juga anak dan cucu kami, mereka the next generation agar hidup dijalan dan didalam kesukaanNya. Amen.

#imajo, borhat ma ahu, dungi mulak muse. Saya pergi untuk pulang.

Written by Singal

November 23, 2019 at 9:38 am

Saya cuma salah seorang pekerja.

leave a comment »

Kucoba mengingat, sudah berapa kali saya mengunjungi hutan Sumatera Selatan dan Jambi pada satu dekade ini, tetapi yang muncul adalah Indonesia negeri yang kaya, lalu siapa pemiliknya. Pertanyaan yang melahirkan pertanyaan baru dan pertanyaan lebih baru dan pertanyaan terbaru.

Hari ini saya mengikuti rombongan calon investor dan kontraktor meninjau suatu lokasi untuk kepentingan pembangkit tenaga listrik dan penyalurannya ke sistem Sumatera. Semoga berhasil, semoga.

#imajo, Saya cuma salah seorang pekerja dalam tim desain gardu induk dan transmisi untuk pembangkit ini.

Written by Singal

November 23, 2019 at 9:25 am

Lagi lagi saya hanya pekerja

leave a comment »

Pagi ini, kau telah siap untuk berangkat ke lokasi proyek yang akan kau tunjukkan dan jelaskan pada calon kontraktor, agar mereka dapat menyiapkan diri untuk bertanding bulan depan.

“Selamat menyiapkan diri, selamat bertanding, yang terbaiklah yang menang, sebaik proyek ini selesai maka energi listriknya dapat disalurkan bahkan sampai ke Medan, lewat kampungku” katamu pada mereka sambil menunjuk gardu induk Bangko, delapanpuluh empat kilometer jauhnya dari lokasi pembangkit yang kalian kunjungi kemarin.

“Bangko ini terhubung ke Payakumbuh-Sidempuan-Sarulla-Tarutung-Porsea-Galang-Binjai-lalu Medan” katamu kepada mereka. “Kalian siapkan yang terbaik, masyarakat menunggu karya kalian” tambahmu memberi semangat, lalu kau serahkan penutupan kepada pimpinan yaitu pemilik proyek, perusahaan milik pemerintah.

#imajo, lagi lagi saya hanya pekerja

Written by Singal

November 23, 2019 at 9:11 am

Pikiran acak, tanda sehat? Semoga.

leave a comment »

Jakarta, sudah lebih dari lima puluh tahun kau disini, menelusuri jalan jalan yang sesak dengan sepeda motor dan mobil, pinggir jalan yang dipakai pedagang asongan padat bercampur baur dengan pejalan kaki atau orang yang sedang menunggu angkutan kota.

Gedung gedung tinggi dan megah, mengagumkan, bali hoo elektronik menunjukkan iklan dengan foto gadis gadis cantik, menarik hati meski tidak kau beli. Kau memacu mobilmu dari Cinere ke kawasan Senen, malam ini acara ulang tahun besan. Putrimu memberi tahu “datang ya Pak, Ma” katanya melalui wa.

Hmmm, aneh bagimu pada acara ulang tahun. Orangtuamu, kau dan sebelas adik adikmu tidak pernah melakukannya, bahkan kau sering mengingat besoknya atau lusanya “saya ulang tahun kemarin” pikirmu, tersenyum lalu bersyukur. Dasar orang kampung.

Dulu kalau ada lauk yang enak di rumah, lalu ibu kita tanya “siapa yang ulang tahun uma”, uma adalah panggilan untuk ibu. Itu saja, tidak lebih, lalu berdoa dan yang ulang tahun yang pertama mengambil lauk, biasanya daging ayam. Hahaha jarang kita makan daging, biasanya ikan asin dengan daun singkong tumbuk

Lalu kau ingat, kampungmu di Tarutung terletak di lembah atau rura Silindung. hamparan sawah yang luas, bergelombang seperti lautan ditiup angin. Tarutung dikelilingi bukit dan gunung, sejuk menyegarkan karena diselimuti kabut ketika pagi dan malam, dibelah tiga sungai besar mengalirkan air yang ditumpahkan dari gunung menyuburkan sawah dan kebun.

Para pemuda menyanyikan lagu merdu merayu gadis gadis cantiknya, mereka bernyanyi sambil berjalan memetik gitar, ada yang tertawa tawa saling menggoda satu sama lain menuju kampung gadis pujaannya. Akankah dia menerimanya? gadis Tarutung sungguh sulit ditaklukkan.

Busyet pikiranku berproses acak, mana mungkin kau lupa, kau selalu menunggu sado kereta kuda yang mengantarnya, paling tidak kau lihat wajahnya, mana mungkin kau lupa uang sekolahmu dua liter beras. Hmmm… kau tersenyum dibelakang setir.

#imajo, pikiran acak, semoga tidak pikun

Written by Singal

September 14, 2019 at 10:52 am

Menyongsong matahari terbenam

leave a comment »

Menyongsong matahari terbenam

“Sudah pukul sebelas oppu Tigor!” kata polisi toba istri tercinta, setengah berteriak. Rasanya setiap sepuluh menit, dia selalu mengingatkan saya yang tenggelam dalam pekerjaanku di loteng menggunakan desktop computer. “Sebentar lagi” sahutku, kumatikan komputer, kucabut semua kabelnya dari stop kontak, setelah pekerjaanku kukirim melalui email kepada project team leader Dina Pangaribuan. Kami ke Manado siang ini.

“Saya naik gojek saja ke terminal damri lebak bulus” kataku sambil melahap makan siang yang disiapkan oppu Tigor boru, istri tercinta sang polisi toba.
Hmmm…nama panggilan kami telah berubah dari ama dan nai Rumiris sebelumnya, menjadi oppu Tigor setelah cucu kami itu lahir, itu berdasarkan adat kami suku Batak.

Gue sudah tiba nih di terminal lebak bulus, biasa…jaman ini, gue foto dulu sebelum naik bus Damri ini.

#itulah dulu, gue menyongsong matahari terbenam ke arah Timur#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:54 pm

Surat parpudi

leave a comment »

2 Januari 2019
Selamat tinggal jabu parsantian

Bahasa Batak,
Sadarion borhat ma hami, mulak tu tano parserahan. Nasogot nunga borhat anggiku marmotor tu Bandung. Jadi holan sada nama tinggal nahutodohon manghobasi jabu parsantian on saleleng ni saminggu nai. Najoloi sai ahu do parpudi mulak.

Horas ma huta on, horas ma hita sude Tuhantai ma na tongtong mangiring hita Amen.

#horas horas horas#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:34 pm

Surat pasampulu duahon

leave a comment »

1 Januari 2019, tahun baru.

Sepi.

Duduk diperapian tataring, saya mendengar lantunan lagu pujipujian yang sedang kebaktian tahun baru dari gereja tidak jauh dari rumah. Rasa kantukku bukan main, tadi malam kami membuka tahun baru, hanya empat keluarga minus anak anak yang sudah pulang ke Jakarta. Hari ini saya tidak ke gereja, badanku terasa tidak enak dan capek.

Hari ini, dua keluarga lagi akan pulang ke Jakarta dan Bandung, saya dengan polisi toba istri tercinta pulang besok, si Tigor cucuku sudah pulang dua hari yang lalu bersama orangtuanya, anak dan menantuku perempuan orang Manado yang sudah menjadi orang Batak marga Rajagukguk marga ibuku.

Kamp pengungsian, rumah parsantian rumah kebersamaan, rumah yang dipenuhi berkat dari Tuhan, peninggalan orang tua ini langsung sepi.

Gelak tawa, suara tangis anak anak, riuh rendah hari hari kebersamaan seolah olah tiba tiba hilang.

Saya dan adik adik tidak boleh tinggal permanen di rumah ini. Seandainya salah seorang dari kami ingin tinggal di kampung maka dia harus membangun rumah milik sendiri, tidak boleh tinggal di sini, “tongka baca tokka” pantang atau tidak boleh, membuat malu, itu menurut adat, itu nasehat orangtua.

Kali ini adikku yang lahir setelah saya pulang belakangan, dia bertugas memperbaiki rumah parsantian ini, sesuai hasil pleno..hehehe..biasanya saya dengan polisi toba yang belakangan.

Saya mengelilngi halaman rumah parsantian ini, hmmm masih banyak tumbuhan tanaman ibuku yang kurus dan kuat, melahirkan sebelas anak, petani ulung, paling tidak itu kataku. Hasilnya kebanyakan diberikan kepada orang.

Ada pohon lengkeng yang sedang berbuah, ada pohon jambu yang belum kukenal hmmm…kami akan meninggalkan rumah ini. rumah di kampungku dataran tinggi humbang yang dingin dan selalu berkabut ketika pagi dan malam.
Hmmm…sayang saya tidak sempat bermalam di lembah Rura Silindung kota Tarutung tempat saya ketika kanakkanak sampai remaja, meski sudah dua kali kukunjungi dalam masa mudik ini.

#itulah dulu, selamat tahun baru 2019#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:29 pm