Singal’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Archive for October 2008

It’s mine, Itu milikku!

with 30 comments

Hasil obrolan dengan temanku Moh. Roem Lubis

“It’s mine”, “Itu milikku!” bayangkan wajah orang yang menyatakannya.

“kamu yang bakar”
“tidak, kamu saja, kamu yang punya”
“aku takut, kamu saja” seraya memasukkan ujung telunjuknya kekupingnya sambil menutup matanya.
“baik..”
Lalu, “ssss..ciuuuiiit bum, dar..dar..dar ..byarrr..” terdengar letusan mengglegar dan terlihat cahaya terang di angkasa, merekapun tertawa dan senang.
“mengapa bukan kamu yang membakarnya, bukankah akan membuat kamu tambah senang?!” kata salah seorang dewasa, yang sedari tadi menonton mereka, menunjuk kepada seorang anak.
“tidak apa-apa pak, saya sudah senang, karena itu kan milikku”.

“Itu milik si Anu”, “yang itu milik bapak Anu”, informasi itu datang begitu saja, dari teman atau orang setempat yang kebetulan kita temui, membuat kita berdecak kagum melihat rumah di real estate, villa di puncak gunung atau tempat wisata lainnya. Kata berikutnya terdengar, “hanya pembantu rumah tangga dan tukang kebun yang menempatinya, mereka jarang datang!, paling sekali sebulan, hampir semua villa itu”

Gedung gedung tinggi di Jakarta!, selalu dipenuhi tower telekomunikasi, seperti antena parabola di kampung halamanku, mengherankan, hmm..personal property, membanggakan namun, membangkrutkan kebersamaan.

Sungguh sangat banyak harta yang tidak produktif, di negeri ini. “itu milikku”, dipakai perusahaan real estate, dan pabrikan mobil, meraup untung. Dan mereka tak berhenti, membangun dan membuat rumah dan mobil baru. Bukan untuk yang belum punya rumah dan belum punya mobil. Kemudian, untuk membangunnya, mereka berutang, hebat!!, dan ketika krisis terjadi, kita ikut merasakannya.
________________________
dari Bisik-bisik: mari kita tonton dan nikmati meski bukan milik kita, paling tidak dari jauh, boleh kan?!

Written by Singal

October 26, 2008 at 12:11 pm

Respect to? or Afraid of!

with 25 comments

Sangat relatif, kehidupan nyata dan humor, mohon diterima apa adanya sesuai konteksnya.

Saya menjadi Ketua sebuah tim perunding kantor kami dengan pihak lain (orang asing) dan rapat telah berlangsung 3 (tiga) bulan, duakali seminggu (tergantung topik dan kondisi bisa lebih dari dua kali) dengan masa waktu 6 bulan.

Suatu pagi hari Jumat, saya dan istri tercinta janjian pergi bersama pukul 11.00, ke suatu acara yang harus kami hadiri, bos saya sudah mengijinkan hari ini. Namun ada rapat penting, dan rapat sudah berlangsung dua jam, saya sudah mulai resah meski jadi chairman. jam sudah menunjuk 10.30, sebentar lagi istriku tiba pikirku. ehh sementara lintasan pikiran itu terjadi, kulihat sms di hp ku, “pa!, saya sudah di lobby kantor” hmm..saya harus segera menghentikan rapat ini.

Kesempatan tiba, dicelah topik yang akan kami simpulkan, saya bertanya kepada mereka dengan bahasa batak-inggrisku, “by the way, who is the people that every man in this world, it doesn’t matter who he is, even the army general, afraid of..?”
Terdengar suara yang agak pelan, kebetulan dari team leader mereka (sudah tua seperti saya), “wife!” katanya.
Lalu, dengan mata berbinar dan muka cerah, saya katakan “you are, absolutely right!”, dan saya lanjutkan “lady and gentlemen, right now my wife waiting for me in lobby, we close this meeting and we will continue next monday, if you agree”
Mereka semua tertawa dan jawaban dari team leadernya, “yes, we agree!, and we will continue next monday”.
Lalu kami sepakat rapat dilanjutkan senin berikutnya dimulai puku 9.00 pagi.

Takut?!!, atau menghargai!! atau menaruh hormat seperti kata para pujangga dalam tulisan-tulisan mereka, memang sangat relatif.

Betapa kacaunya kita (bapak) ketika ditinggalkan mereka (istri) dalam hanya beberapa hari saja, dapur atau rumah berantakan, anak-anak minta ini, minta itu, permintaan mereka sederhana dan rutin dilakukan istri tercinta, mulai dari sarapan pagi, baju, buku, sampai kebutuhan sore harinya, membuat bapak hampir tak berdaya… kalau dipikir-pikir ternyata, bapak-bapak egois, dan saatnya tau rasa…hehehe.

Suatu ketika, di negeri Cina (fiksi), para Jenderal perang yang hebat, rapat koordinasi di sebuah aula yang sangat luas, dipimpin panglima besar. Saat mau bubar, sang panglima meminta supaya jangan bubar dulu, lalu dia bertanya dengan tegas (maklum tentara):

“Ok, para jenderal yang terhormat. Siapa diantara kalian yang tidak takut kepada istrinya, pindah ke sebelah kanan”
Serentak mereka pindah ke sebelah kanan, namun tinggal satu orang. Lalu sang panglima (yang juga sangat takut kepada istrinya) melanjutkan,
“Jenderal!!” perintahnya kepada jenderal satu satunya yang tidak ikut pindah,
“siap Panglima”
“coba ceritakan, apa resepnya supaya tidak takut kepada istri kita”
“siap Panglima, ehm…mmmaaf Panglima, saya juga sangat takut, cuma tiap pagi telunjuknya selalu diarahkan ke mukaku, katanya “awas..jangan bilang siapa siapa ya!”, jadi saya sangat takut, maka tidak ikut pindah ke kanan, sesuai perintah panglima”.

Pada jaman ORBA, betapa terkenalnya pak Sudomo sebagai Pang. KOPKAMTIB (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban), selama ada yang bertentangan dengan keamananan dan ketertiban akan habis disapu bersih. Maka, kalau saya lagi menjawab telepon dan secara fisik selalu manggut-mangut, dan kebetulan ada teman melihatnya, mereka pasti bilang “Pang. Kopkamtib ya” dan juga sebaliknya saya kan bertanya kepada mereka, pangkopkamtib alias istri tercinta.

Ya! kita (bapak) harus respect atau menaruh hormat kepada istri tercinta.
Ngomong ngomong, “orang batak meski patrilineal, tetapi pihak istri, mama, nenek yang melahirkan bapak kita, dst..dst, selalu ditempatkan pada kedudukan yang paling terhormat dalam struktur sosialnya, meski itu 200 sd 300 tahun yang lalu, mereka disebut “Bona ni Ari” (“Matahari“), sumber kelahiran dan kehidupan, tanpa mereka kita tidak ada”
___________________________
dari Bisik-bisik: Sangat relatif, iya kan?! semoga suami istri saling cinta, saling hormat dan saling menghargai, iya kan?!

Written by Singal

October 19, 2008 at 12:45 pm

“Jangan Panik!”, Panik Juga!

with 30 comments

Ketika krisis kredit perumahan di Amerika Serikat kedengaran dan diberitakan di media massa, negeri kita masih tenang-tenang saja, bahkan setelah goncangannya terasa, kita masih disuruh tenang. Jajaran pimpinan negeri kita berkata, “tidak perlu panik”, dan “Pengaruh krisis ekonomi di Amerika Serikat hanya berpengaruh sedikit terhadap perekonomian kita!”.

Apa yang terjadi?!, tidak lama setelah pernyataan itu, ternyata Bursa Efek Jakarta (BEJ) menghentikan perdagangan saham, selang waktu sehari dibuka dan dihentikan lagi, ternyata orang kaya itu alias investor panik. Saya heran juga!, kalau pemimpin negeri ini sudah berkata “jangan panik”, ternyata tidak manjur bagi orang-orang kaya.

Karena saya miskin, sebagaimana kebanyakan rakyat, jelaslah tidak panik alias tidak ada alasan untuk panik, namun tetap penuh harap semoga negeri ini tidak dilanda krisis itu. Mereka, orang kaya itu tetap harus ditolong (aneh juga saya ini, hehehei) agar pabrik atau perusahaannya tidak tutup, sehingga tidak ada pengurangan tenaga kerja.

Kabar terakhir, di media massa, pemerintah telah menyiapkan dana yang lumayan besar untuk menolong pasar di BEJ, semoga jurus ini masih sempat?!. Mengapa?!, karena terlalu sering kita menangkis setelah terpukul, hehehe…
_____________________________
dari Bisik-bisik: Orang kaya ternyata banyak juga yang stress, dan panik, iya kan?!

Written by Singal

October 12, 2008 at 9:18 pm