Singal’s Weblog

Just another WordPress.com weblog

Archive for the ‘Kemanusiaan’ Category

Kami sempatkan foto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing

leave a comment »

Jumat pagi tgl 22 November 2019

“Papaaa good morning pa, Besok jadinya jam 11.00 yah pa” pesan anak saya si Rumiris di hp saya..
“Ya nak, pukul 12.00 kata mama Nak” kutulis pesan jawaban.
“Oke paa, Sipp, Reservasi atas nama Febriani, yah paa” balasnya.

Febriani adalah juga namanya. Nama lengkapnya Rumiris Mangaranap Febriani. Nama itu menjadi panggilan kami sehari hari dalam masyarakat sukuku, suku Batak Toba. Maka saya dipanggil Ama Rumiris dan polisi toba istri tercinta dipanggil Nai Rumiris, dia disebut siboru panggoaran.

Sabtu pagi tgl 23 November 2019

Kulihat alamat restoran dibilangan Senopati melalui pesan singkat di hp ku.
lalu kubalas “bapa masih menunggu mama, belum pulang dari gereja” jam telah menunjukkan pukul 11.52, hari ini ada acara martumpol, pra-pernikahan atau pengukuhan dan pengumuman rencana nikah dari seorang anak tetangga kami kepada khalayak di gereja HKBP Cinere.
“Waduh, aku udah nyampe, Hahaha hmm…Kok bisa” balasnya, tiba tiba kudengar deruman mesin mobil dan klakson dari depan rumah, saya buru buru keluar kulihat polisi toba sudah nyampe, sambil kutulis pesan “ini baru berangkat”, “Oke Paa” balasnya.

“Sepuluh koor” kata polisi toba sambil makan kue yang dibawanya, saya jalankan mobil menuju toll Antasari,
“Biasa!, HKBP, selalu konser, jangankan pesta pemberkatan, hari minggu biasa pun selalu konser” kataku, maka tidak heran acaranya selalu memakan waktu yang lama lanjutku.

Tiba di restoran, mereka sudah menunggu dengan adiknya putri kami yang melahirkan cucu kami si Kavod, dia bersama suaminya. Lalu kami makan dan bersenda gurau dengan senangnya, apalagi si Kavod lagi lincah-lincahnya, dia lari kesana kemari sungguh senang rasanya. Sayang cucu panggoaran si Tigor dengan orang tuanya berhalangan, soalnya mereka pergi ke rumah Opa danOmanya. Omanya ulang tahun.

#imajo, kami sempatkan foto bersama sebelum pulang ke rumah masing-masing

Written by Singal

November 24, 2019 at 11:54 am

Pikiran acak, tanda sehat? Semoga.

leave a comment »

Jakarta, sudah lebih dari lima puluh tahun kau disini, menelusuri jalan jalan yang sesak dengan sepeda motor dan mobil, pinggir jalan yang dipakai pedagang asongan padat bercampur baur dengan pejalan kaki atau orang yang sedang menunggu angkutan kota.

Gedung gedung tinggi dan megah, mengagumkan, bali hoo elektronik menunjukkan iklan dengan foto gadis gadis cantik, menarik hati meski tidak kau beli. Kau memacu mobilmu dari Cinere ke kawasan Senen, malam ini acara ulang tahun besan. Putrimu memberi tahu “datang ya Pak, Ma” katanya melalui wa.

Hmmm, aneh bagimu pada acara ulang tahun. Orangtuamu, kau dan sebelas adik adikmu tidak pernah melakukannya, bahkan kau sering mengingat besoknya atau lusanya “saya ulang tahun kemarin” pikirmu, tersenyum lalu bersyukur. Dasar orang kampung.

Dulu kalau ada lauk yang enak di rumah, lalu ibu kita tanya “siapa yang ulang tahun uma”, uma adalah panggilan untuk ibu. Itu saja, tidak lebih, lalu berdoa dan yang ulang tahun yang pertama mengambil lauk, biasanya daging ayam. Hahaha jarang kita makan daging, biasanya ikan asin dengan daun singkong tumbuk

Lalu kau ingat, kampungmu di Tarutung terletak di lembah atau rura Silindung. hamparan sawah yang luas, bergelombang seperti lautan ditiup angin. Tarutung dikelilingi bukit dan gunung, sejuk menyegarkan karena diselimuti kabut ketika pagi dan malam, dibelah tiga sungai besar mengalirkan air yang ditumpahkan dari gunung menyuburkan sawah dan kebun.

Para pemuda menyanyikan lagu merdu merayu gadis gadis cantiknya, mereka bernyanyi sambil berjalan memetik gitar, ada yang tertawa tawa saling menggoda satu sama lain menuju kampung gadis pujaannya. Akankah dia menerimanya? gadis Tarutung sungguh sulit ditaklukkan.

Busyet pikiranku berproses acak, mana mungkin kau lupa, kau selalu menunggu sado kereta kuda yang mengantarnya, paling tidak kau lihat wajahnya, mana mungkin kau lupa uang sekolahmu dua liter beras. Hmmm… kau tersenyum dibelakang setir.

#imajo, pikiran acak, semoga tidak pikun

Written by Singal

September 14, 2019 at 10:52 am

Surat parpudi

leave a comment »

2 Januari 2019
Selamat tinggal jabu parsantian

Bahasa Batak,
Sadarion borhat ma hami, mulak tu tano parserahan. Nasogot nunga borhat anggiku marmotor tu Bandung. Jadi holan sada nama tinggal nahutodohon manghobasi jabu parsantian on saleleng ni saminggu nai. Najoloi sai ahu do parpudi mulak.

Horas ma huta on, horas ma hita sude Tuhantai ma na tongtong mangiring hita Amen.

#horas horas horas#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:34 pm

Surat pasampulu duahon

leave a comment »

1 Januari 2019, tahun baru.

Sepi.

Duduk diperapian tataring, saya mendengar lantunan lagu pujipujian yang sedang kebaktian tahun baru dari gereja tidak jauh dari rumah. Rasa kantukku bukan main, tadi malam kami membuka tahun baru, hanya empat keluarga minus anak anak yang sudah pulang ke Jakarta. Hari ini saya tidak ke gereja, badanku terasa tidak enak dan capek.

Hari ini, dua keluarga lagi akan pulang ke Jakarta dan Bandung, saya dengan polisi toba istri tercinta pulang besok, si Tigor cucuku sudah pulang dua hari yang lalu bersama orangtuanya, anak dan menantuku perempuan orang Manado yang sudah menjadi orang Batak marga Rajagukguk marga ibuku.

Kamp pengungsian, rumah parsantian rumah kebersamaan, rumah yang dipenuhi berkat dari Tuhan, peninggalan orang tua ini langsung sepi.

Gelak tawa, suara tangis anak anak, riuh rendah hari hari kebersamaan seolah olah tiba tiba hilang.

Saya dan adik adik tidak boleh tinggal permanen di rumah ini. Seandainya salah seorang dari kami ingin tinggal di kampung maka dia harus membangun rumah milik sendiri, tidak boleh tinggal di sini, “tongka baca tokka” pantang atau tidak boleh, membuat malu, itu menurut adat, itu nasehat orangtua.

Kali ini adikku yang lahir setelah saya pulang belakangan, dia bertugas memperbaiki rumah parsantian ini, sesuai hasil pleno..hehehe..biasanya saya dengan polisi toba yang belakangan.

Saya mengelilngi halaman rumah parsantian ini, hmmm masih banyak tumbuhan tanaman ibuku yang kurus dan kuat, melahirkan sebelas anak, petani ulung, paling tidak itu kataku. Hasilnya kebanyakan diberikan kepada orang.

Ada pohon lengkeng yang sedang berbuah, ada pohon jambu yang belum kukenal hmmm…kami akan meninggalkan rumah ini. rumah di kampungku dataran tinggi humbang yang dingin dan selalu berkabut ketika pagi dan malam.
Hmmm…sayang saya tidak sempat bermalam di lembah Rura Silindung kota Tarutung tempat saya ketika kanakkanak sampai remaja, meski sudah dua kali kukunjungi dalam masa mudik ini.

#itulah dulu, selamat tahun baru 2019#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:29 pm

Surat pasampulu sadahon

leave a comment »

31 Desember 2018
Gereja HKBP Sabungan Siborong borong

Pukul 18.00 terdengar lonceng gereja, itu tanda sejam lagi kebaktian akan dimulai. Kami segera bergegas berjalan kaki menuju ke sana khawatir tidak kebagian tempat. Setiap Natal dan Tahun baru kebaktian gereja selalu membludak over capacity apalagi perantau sudah berdatangan.

Saya dengan polisi toba istri tercinta memilih duduk agak ditengah, masih setengah jam lagi, sudah mulai padat dan makin padat. 
“Pa jangan jangan kita salah, mungkin ini kebaktian remaja” kata istri tercinta, “inikan kebaktian umum” jawabku sambil melihat sekeliling, memang kebanyakan remaja.

Senang juga dan benar kebaktian umum, setelah bertanya kepada salah seorang remaja yang duduk di kursi depan kita. Istriku bilang “hebat juga remaja kampung kita ini”

Selamat Tahun Baru 1 Januari 2019

Mandok mauliate ma hamu tu Debata Jahowa, ai pardenggan basa do ibana, ai ro di salelenglelengna asi ni rohaNa, Ibana do napaluahon hita sian ragam ni parmaraan dohot mangalehon ragam ni pasu pasu dibagasan tano on.

#ima hata Parsuruon tu hita nankin, Selamat taon baru ma ate, dihita sude#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:14 pm

Surat Pasampuluhon

leave a comment »

31 Desember 2018, sore

Purik, Air Tajin
Jadi juga saya minum purik bahasa Batak atau air tajin bahasa Indonesia

Bahasa Batak, biar pas ceritanya.

Jadi purik on ma pasombu sihol hu, nasogot nunga naeng diparade namborungku namangurupi hami saleleng di hutantaon. “Annon botari ma namboru, asa tabo annon soarangku marende” ningku margait.

Alai nangpe songoni, agoi amang tabo ni purikon, nunga hutambai sira otik. Tombus huhilala lambok di aruaru, pas parmohopna mardalan di rambusan ni siubeonhu, hahaha, agoi amang, ooo Tuhanku denggan basam dohot asi ni rohaM di ahu, boi huinum purik lomo ni rohangku hatiha metmet dihatutuangkon.

#imajo ate hamu angka dongan na manjaha on, naeng marhobas tu gareja. Unggodang dihamu ate#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:06 pm

Surat pasiahon

leave a comment »

31Desember 2018.
Parbue Tungir tungir

Kami tinggal 5 keluarga beberapa adik saya sudah pulang untuk melaksanakan acara tahun baru dengan mertua masing masing. Juga beberapa anak ponakan sudah pada pulang karena untuk menyelesaikan pekerjaan kantor mereka.

Sepi, riuh rendah dan gelak tawa sudah berkurang frekuensinya, sangat terasa di dapur, kegiatan jauh berkurang.

Bahasa Batak dulu, agak susah bahasa Indonesia nya.

Asi ma roha ni Tuhanta pardenggan basai, tapuji ma goarNa. Sadarion borhat ma hita mamolus taon na buruk mandapothon taon na imbaru, asi ma rohaNa dipatulus sangkapta Amen.

Loja do ahu mangalului hapundung, dang dapot. Alai adong do tungir tungir songon na di gombaran na di toru on. 
Tong mai, mulak dakdanak iba asa tamba poso ninna roha, alai holan hata do i, angka dongan.

Hira sude do dakdanak marlomo ni roha tu parbue on.
Najoloi molo jumpa bulan Desember, tung mansai godang do parbue sian hau tombak, hapundung, laccat, tungir tungir, sihim dohot tarutung, lan dope tahe na so huingot do goarna.

Alai molo tungir tungir on antar saganjang ni taon sai antar adong do dapot di onan, jadi tingki masa martumba angka anak singkola, molo dilehon guru on, soi nama tabona, ai dohot do iba panonton angka baoa dapotan.

Jadi mansai godang do guna ni namulakon, gabe torus iba mangalului angka sipanganon hatiha metmet.

Nunga hupangan gulamo, tarutung sian Pakkat dohot sian Pahae. Sadarion tungir tungir, annon botari minum purik, nunga hudok tu namboru namangurupi hami saleleng di son, nunga rade boras na rara.

#imajo, songon na paganjanghu, hape godang dope nian sisuraton, asa unang namatua paling palingon iba, atehe#

Written by Singal

February 5, 2019 at 3:00 pm

Surat paualuhon

leave a comment »

30 Desember 2018
Pulang dari Siantar

Hampir pukul 21.00, saya dengan polisi toba istri tercinta, tiba di rumah, kamp pengungsian. Segera saya menyalakan perapian menghangatkan tubuh, minum kopi pahit kental kesukaanku.

Lumayan capek, jalan bergelombang kadang kadang berlubang, mengakibatkan tubuh berguncang guncang sepanjang perjalanan. Mungkin malam ini adalah puncak mudik, macet sejak memasuki kota Porsea sampai ke Siborong borong.

Tiga hari lalu di perapian ini, saya ngobrol dengan adik bungsuku dan abangnya hmmm….merekalah yang saya minta untuk memutuskan hasil pembicaraan atau pleno keluarga, setelah semua kami telah mengemukakan usul dan rencana kedepan, terutama usul dari inanta soripada, isteri masing masing yang kami hormati dan kasihi, yang melahirkan the next generation keluarga ini.

Saya sebagai anak sulung meminta adik bungsuku ini untuk memutuskan rencana inti keluarga.
“kami abang dan kakakmu mendapat semuanya ketika ayah ibu masih muda dan kuat, kamu mendapat sisa sisa ketika ayah dan ibu sudah tua dan lemah, tetapi kebijakannya ada pada kamu, maka putuskanlah yang terbaik untuk kita” lalu kami setuju atas keputusannya.

#imajo, loja dagingon puang, nunga marmulakan sada sada martaon baru dohot simatuana be#

Written by Singal

February 5, 2019 at 2:54 pm

Surat papituhon

leave a comment »

30 Desember 2018
Ke Siantar

Jalan berliku liku dipinggir bukit antara Siborongborng-Balige dan Parapat-Siantar yang kami lalui lagi lagi mengingatkan saya akan burung burung terutama tekukur. Saya berharap mereka sedang hinggap lalu terbang setelah motor bis atau kendaraan lewat.

“Sudah punahkah mereka?” pikirku, hmmm tentu tidak, di belakang rumah saya di Cinere mereka banyak hinggap di pohon atau bubungan rumah “krukkuk kuuk”, burung ambaroba atau cucakrawa?, eccet burung kecil dan burung gereja, mereka girang terbang bebas bersiul bahkan membangunkan saya tiap pagi.

Mungkin tempat mereka sudah tidak nyaman lagi di kampungku yang tercinta ini, lalu mereka pindah, gue sedih banget tidak ada lagi yang menanam pohon buah buahan bibit unggul yang enak dan manis melalui kotorannya. Tidak ada lagi yang memakan ulat hama bunga pohon buah buahan itu.

#imajo, margalumbang dalan on, TPL do ra mambaen on dohot maegai inganan ni pidong i#

Written by Singal

February 5, 2019 at 2:48 pm

Surat paonomhon

leave a comment »

Minggu, 30 Desember 2018

Kudengar lonceng gereja, persis pukul 6.00 pagi. tadi saya sudah bangun pukul 4.00, menyalakan api di tataring tempat masak sekaligus perapian untuk menghangatkan tubuhku, seorang adik saya memasak lauk untuk makan pagi ini, dia memang jago masak punya restoran dan catering di Bandung.

Tadi malam riuh rendah bernyani nyani terdengar di ruang tengah kamp pengungsian ini, sementara saya duduk dekat tataring perapian menghangatkan tubuhku, sambil membakar ikan asin gulamo. “Amangtua, itu si Tigor sedang menari” kata seorang keponakanku lalu saya mengikutinya ke ruang tengah.

Hmm senang bangat rasanya terutama melihat kebersamaan anak anak dan cucu kami, Tigor cucuku yang paling kecil tetapi dia yang sulung sesuai dengan adat sukuku Batak.
“Tidak boleh bernyanyi makan anjing yang viral itu. Dahulu leluhurmu dikawal oleh anjing, ke kebun di lereng bukit, di rumah dan kemana pun, dia mendahului kita dalam perjalanan ke kebun. Dia memastikan jalan yang kita lewati dalam keadaan aman” kataku kepada mereka semua.
Hahaha, mereka tetap senang berkumpul bernyanyi.

Hari ini, Tigor dan ayah ibunya pulang ke Jakarta. Saya dan polisi toba istri tercinta ke Siantar mengunjungi mertuaku.

Acara puncak kami adalah pada hari Natal, untuk tahun baru ke mertua masing masing, waktu atau hari diantaranya bersama sama mengunjungi tulang, bona tulang dan amangboru dan gereja gereja dimana kami pernah menjadi jemaatnya.

#imajo, hari ini, saya dengan polisi toba istri tercinta mengunjungi mertuaku. Kuserahkan semua ini kepadaMu Tuhanku. Amen#

Written by Singal

February 5, 2019 at 2:46 pm