Archive for May 2016
Pertemuan
Sanga (Sempat)
“Sempatkanlah datang” suara teman melalui hp, ia bersemangat ingin bertemu, kurasakan tekanannya suaranya, ia sangat senang maklum sudah 46 (empat puluh enam) tahun tidak bertemu, memang Jakarta…kota egois. “sudah banyak teman di sini, si anu, si itu dan..” disebut satu per satu, tidak ada satupun yang kuingat, siapa mereka.
Dulu kami satu kampung dan satu SMA, bertemu di group whatsup, maka ia tau no hp ku. “saya usahakan, lae” sahutku singkat. karena saya sedang menghadiri acara adat “marhusip dan ria raja” (acara melamar, berbalas pantun) di Cililitan, sedang mereka di Kelapa Gading menghadiri acara adat perkawinan, salah seorang teman SMA kita mantu.
Ini foto pada acara adat “marhusip nya di Cililitan.
Dan akhirnya saya sempatkan ke Kelapa Gading, malah di daulat “mandok hata” (memberikan kata selamat berbahagia) tentu dengan bebarapa peribahasa yang berkaitan dengan kehidupan.meski salah salah sedikit tidak apa-apa.
Parade
Menoleh lagi ke belakang.
Desember 2015 lalu kami pulang kampung. Hari ini, 15 May 2016, sebaik pulang gereja, tiba tiba saya teringat lagi. Dasar sudah tua, apa boleh buat, terpaksa kutuliskan lagi sedikit tolehan ke belakang, ini dia:
Embun pagi tebal dan dingin, telah menyatu dengan penduduk Rura Silindung, kokok ayam membangunkan mereka, lalu memulai kegiatan masing masing, suara jangkrik dan kodok sekali sekali masih kedengaran setelah semalaman bernyanyi, kini burung burung akan menggantikannya dengan suara yang lebih merdu. Kokok ayam bagaikan ayunan tangan dirigen memimpin nyanyian koor, menggerakkan kehidupan menyongsong fajar dan hari.
Orang orang mulai bergegas, menembus embun pagi yang malas naik ke langit, seolah permukaan tanah maknit bagi mereka, atau ia malas seolah ingin memberi vitamin bagi orang yang menembusnya agar tetap sehat dan kuat. pergi ke kebun, ke pasar, ke sekolah ke segala penjuru sesuai kepentingan masing masing bergerak bagaikan sebuah parade.
Baju putih anak sekolah menyamarkan mereka, berjalan dengan cepat, sendiri, berdua atau bertiga beriringan bergerak teratur tanpa ada yang memimpin. sekali sekali terdengar obrolan mereka, obrolan secara acak, tugas rumah, pak guru, sawah, berita surat kabar, radio dan hubungan antar manusia, sungguh otak manusia terdiri dari cpu atau computer processor unit dengan RAM dan internal memory yang besarnya tidak terbatas dan tentu tidak dapat ditiru manusia, Tuhan penciptanya.
Foto ini adalah jalan yang menghubungkan desa Hutabarat dan kota Tarutung, yang kujalani tiap hari pergi pulang, ke dan dari sekolah, diluar keperluan lain, ke pasar nonton bioskop hehehe. Sekolah kami di pinggang bukit di kejauhan agak kebiru biruan.
Saya SR di desa Hutabarat, ini fotonya. Sudah banyak berubah, terutama halaman untuk bermain sudah tidak ada lagi dan berubah menjadi bangunan
Ini Sekolah saya ketika SMP, terletak dipinggang bukit.
Dan ini sekolah saya ketika SMA, terletak di pinggang bukit, tidak jauh dari sekolah SMPN 2, dan kedua sekolah ini mempunya lapangan sepak bola yang sama, dan juga keduanya dekat dengan Taman Makam pahlawan Tarutung.
Ini adalah Gereja di mana saya sekolah minggu, sidi dan menjadi “naposo Bulung”, remaja. Gereja HKBP Hutabarat Partali Toruan.
Nyanyian Danau Toba
Nyanyianmu Danau Toba, beribu buku, beribu halaman, kau diceritakan Kusuka datang mengunjungimu, kusuka mengingatmu, kusuka mengelilingimu Dalam perjalananku, kudengar nyanyianmu, kadang sedih kada…
Sumber: Nyanyian Danau Toba
Nyanyian Danau Toba
Nyanyianmu
Danau Toba, beribu buku, beribu halaman, kau diceritakan
Kusuka datang mengunjungimu, kusuka mengingatmu, kusuka mengelilingimu
Dalam perjalananku, kudengar nyanyianmu, kadang sedih kadang senang
Kurasakan dan kudengar semua nyanyianmu, tandanya aku sadar dan sehat
melodi dan simfoni kadang senang, kadang sedih, sambil melihat sekelilingmu
Nenek moyangku menyebar dari salah satu bukit yang kau sebut dalam nyanyianmu.
Ibuku juga lahir dan besar di salah sati tepi pantaimu, maka pamanku dan turunannya masih di sini.
Ini fotomu dalri makam nenek moyangku, kau memberi hidup mereka
dan ini juga dalam perjalanan pulang dari makam,
Dan ini
Kau tak pernah berhenti bernyanyi, meski kami sudah banyak yang tuli dan tak peduli
Mungkin kau pikir kami akan bosan juga tuli
Mungkin kau pikir suatu saat kami akan peduli
Paling tidak generasi pengganti kami.
Yang jelas, mungkin kami masih tetap menuruni bukit dari Doloksanggul,
setengah jam kemudian akan tiba di Bakkara,
lalu pasti melewati desa Janji, penyumbang sedikit air permukaanmu,
terjun dari balik bukit, tampak indah, percikannya menyejukkan,
menambah kesehatan karena kita lupa dunia,
lalu setengah jam kemudian tiba ditempat ini lagi, namanya Desa Tipang.
Rura Silindung
Rura Silindung
Rura Silindung, lembah yang sangat subur dialiri dua sungai besar dan beberapa sungai kecil mengalir dari gunung gunung membasahi memberi kesuburan, memberi hidup, memberi kebersihan lembah ini.
Tarutung, ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, terletak dalam lembah yang indah ini. sebagai kota pendidikan, tutut serta memberi sumbangan tenaga terampil yanga berpartisipasi di semua bidang di negeri tercinta Indonesia.
Foto berikut adalah Rura Silindung dilihat dari Hutabarat Aek Rangat persisnya dari Hasak, tepi sunga Situmandi
Cara ke sini, naik mobil ke Aek Rangat dari Tarutung, lalu jalan kaki ke Hasak kira kira lima menit.